Rabu, 21 November 2012

ERVING GOFFMAN


Goffman lahir di Alberta, Kanada pada tanggal 11 Juni 1922. Ia mendapatkan nilai terbaik dari universitas Chicago dan sering kali dipandang sebagai anggota mazhab chicago dan sebagai interaksionis simbolis. Namun, ketika beberapa saat sebelum meninggal ia ditanya benar tidaknya ia seorang interaksionis simbolis, ia menjawab bahwa label itu terlalu kabur untuk dirinya. Sebaliknya sulit memasukkan karyanya ke dalam satu kategori tunggal. Dalam membangun perspektif teoretisnya, goffman mengambil banyak sumber dan membangun satu orientasi khas.
Erving Goffman meninggal pada tahun 1982 di puncak ketenarannya. Ia telah lama dipandang sebagai sosok yang yang dikultuskan dala teori sosiologi. Status tersebut diperoleh karena ia adalah profesor pada jurusan sosiologi prestisius di Universitas California, Berkeley, dan selanjutnya ia menempati posisi kuat di ivy League Universitas Pennsylvania. Pada tahun 1980 an, goffman muncul sebagai teoretisi yang sangat penting. Sebenarnya ia terpilih sebagai presiden Asosiasi sosiologi Amerika pada tahun kematiannya namun ia tidak mampu menyampaikan pidato kepresidenannya karena penyakitnya yang semakin memburuk. Karena status kemandirian goffman, dalam pidatonya Randall Collins mengatakan setiap orang bertanya-tanya tentang apa yang ia sampaikan dalam pidato kepresidenannya.
Karya Erving Goffman
Karya terpenting yang membahas diri dalam interaksionisme simbolis adalah buku Presentation of self in everyday life (1959) yang ditulis oleh erving goffman. Konsepsi goffman tentang diri banyak meminjam gagasan Mead, khusunya diskusinya tentang ketegangan antara 1, diri yang spontan, dengan me, hambatan sosial dalam diri. Ketegangan ini tercermin dalam karya goffman tentang apa yang dia sebut ‘kesenjangan antara diri kita yang manusiawi dengan diri kita yang tersosialisasi’. Ketegangan ini berasal dari perbedaan antara harapan orang terhadap apa yang mesti kita lakukan dengan harapan kita sendiri. Kita dituntut untuk melakukan apa yang diharapkan dari kita selain itu, kita tidak boleh plin-plan. Seperti kata beliau “Kita tidak boleh bergerak ke bawah dan ke atas”. Untuk menjaga citra diri yang stabil, orang tampil untuk audien sosial mereka. Akibat dari minatnya pada pertunjukan ( performance ) ini, goffman memusatkan perhatiannya pada Dramaturgi, atau pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan dramatis yang serupa dengan yang ditampilkan di atas panggung.
Dramaturgi
Pemahaman goffman tentang diri terbentuk oleh pendekatan dramaturgisnya. Bagi goffman diri adalah bukanlah benda organik yang memiliki lokasi spesifik, dalam menganalisis diri, kita menarik diri dari pemiliknya, dari orang yang akan paling diuntungkan  atau dirugikan olehnya, karena ia dan tubuhnya sekadar menyediakan gantungan bagi manufaktur kolaboratif untuk sementara waktu, sarana produksi dan pemeliharaan diri tidak terletak pada gantungan tersebut.
Goffman memahami diri bukan sebagai milik aktor namun sebagai produk interaksi dramatis antara aktor dengan audien. Diri adalaha efek dramatis yang muncul dari skenario yang ditampilkan. Karena diri adalah produk interaksi dramatis, ia rentan mengalami Disrupsi selama pertunjukan. Konsep dramaturgi goffman tidak lagi memusatkan perhatian pada proses pencegahan atau diatasinya gangguan semacam itu. Meskipun sebagian besar diskusinya terfokus pada kontingensi-kontingensi dramaturgis ini, goffman menunjukkan bahwa kebanyakan pertunjukan berhasil dilakukan. Hasilnya adalah bahwa dalam situasi biasa, diri yang utuh ditentukan oleh pementas, dan ia terlihat memancar dari pementas. Ketika individu berinteraksi, mereka ingin menyajikan pemahaman tertentu tentang diri yang akan diterima oleh orang lain. Namun, bahkan ketika menampilkan diri mereka, para aktor tersebut sadar bahwa anggota audien dapat mengganggu pertunjukan mereka. Oleh karena itu, aktor menyesuaikan diri dengan kontrol audien, khususnya elemennya yang mungkin bersifat disruptif. Aktor berharap agar pemahaman tentang diri yang mereka sajikan di hadapan audien akan cukup kuat bagi audien tersebut untuk mendefinisikan aktor sebagaimana yang dikehendaki sang aktor. Aktor pun berharap ini akan menyebabkan audien bertindak sukarela sebagaimana yang dikehendaki sang aktor.
Mengikuti analogi teatrikal, goffman berbicara tentang panggung depan. Depan adalah bagian dari pertunjukan yang secara umum berfungsi secara agak tetap dan umum untuk mendefinisikan situasi bagi mereka yang memperhatikan pertunjukan tersebut. Di panggung depan, goffman lebih jauh membedakan anatara setting dengan muka personal. Setting merujuk pada tampilan fisik yang biasanya harus ada jika aktor tampil. Tanpa itu, aktor biasanya tidak dapat. Muka personal terdiri dari pernik-pernik perlengkapan ekspresi yang diidentikan audien dengan pementas dan diharapkan agar dibawa serta dalam setting tersebut.goffman membagi lagi muka personal menjadi tampilan dan tingkah laku. Tampilan termasuk pernik-pernik yang mengatakan kepada kita status sosial pementas. Misalnya baju dokter bedah. Tingkah laku mengatakan kepada para audien peran yang diharapkan untuk dimainkan pementas dalam aksi tersebut. Tingkah laku yang payah dan pengecut mengindikasikan pertunjukan yang lumayan berbeda. Secara umum, kita berharap agar pertunjukan dan tata cara berjalan konsisten.
Kendati memiliki pandangan struktural, pandangan paling menarik goffman terdapat pada ranah interkasi. Ia berargumen bahwa karena pada umunya orang mencoba menyajikan gambaran ideal atas dirinya sendiri dalam pertunjukan panggung depan, maka niscaya mereka merasa harus menyembunyikan berbagai hal dalam pertunjukan yang mereka lakukan. Yaitu :
Pertama, aktor mungkin ingin menyembunyikan kesenangan rahasia (contoh, minum alkohol) yang telah jadi kebiasaan sejak sebelum pertunjukan atau di masa lalu (contoh, kecanduan narkoba) yang tidak cocok dengan pertunjukan mereka.
Kedua, aktor mungkin ingin menyembunyikan kekeliruan yang mereka lakukan dalam persiapan pertunjukan maupun langkah yang telah mereka ambil untuk membetulkan kesalahan-kesalahan tersebut (contoh, seorang sopir berusaha menyembunyikan kenyataan bahwa dia salah jalan)
Ketiga, aktor mungkin menganggap hanya perlu menunjukkan produk akhir dan menyembunyikan proses produksinya (contoh, profesor menyiapkan waktu berjam-jam untuk menyiapkan presentasinya, namun dia bertindak seolah-olah dia menguasai materinya)
Keempat, aktor perlu menyembunyikan dari hadapan para hadirin ‘kerja kotor’ dalam pembuatan pembuatan produk akhir tersebut. Kerja kotor mungkin meliputi tugas-tugas yang secara fisik tidak bersih, semi ilegal, kejam, dan dari sudut pandang lain merendahkan martabat.
Kelima, pada pertunjukkan tertentu, aktor mungkin harus membiarkan turunnya standar-standar lain. Akhirnya, aktor menganggap perlu menyembunyikan cercaan, hinaan, atau perbuatan yang dilakukan sedemikian rupa agar pertunjukkan terus berlangsung.
Aspek lain dramaturgi pada panggung depan adalah bahwa aktor seringkali mencoba menampilkan kesan bahwa mereka lebih dekat kepada audien daripada kenyataanya. Goffman berargurmen, audien sendiri mungkin mencoba mengatasi kepalsuan tersebut sedemikian rupa sehingga tidak meruntuhkan gambaran ideal aktor. Aktor mencoba memastikan bahwa seluruh bagian pertunjukan menyatu. Pada beberapa kasus, aspek yang tidak selaras dapat merusak pertunjukan. Teknik lain yang digunakan oleh pementas adalah mistifikasi. Seringkali aktor cenderung memistifikasi pertunjukan mereka dengan membatasi kontak diri mereka dengan audien. dengan membangun jarak sosial antara diri mereka dengan audien. Dengan membangun jarak sosial antara diri mereka dengan audien, mereka mencoba membuat audien terpesona.
Unit analisis goffman bukanlah individu, namun tim. Tim adalah sekumpulan individu yang bekerja sama dalam mementaskan satu rutinitas yang sama. Jadi, diskusi sebelumnya tentang hubungan antara pementas dengan audien sebenarnya berbicara tentang tim. Goffman juga mendiskusikan panggung belakang, tempat fakta yang tertekan di panggung depan atau berbegai tindakan informal dapat terlihat. Panggung belakang biasanya berdekatan dengan panggung depan, namun ia juga terpisah. Pementas berharap agar tidak ada anggota audien mereka yang hadir di belakang panggung. Pertunjukan cenderung sulit dilakukan ketika aktor tidak mampu mencegah audien masuk ke panggung belakang. Juga terdapat wilayah ketiga, wilayah sisa, yaitu sisi luar, yang bukan depan atau belakang.tidak ada wilayah yang selalu berada di salah satu ketiga ranah tersebut. Walaupun wilayah tertentu dapat mencakup ketiga ranah pada waktu yang berlainan.
Erving goffman memfokuskan kepada pendokumentasian tentang apa yang dia sebut dengan ungkapan-ungkapan yang tersirat, yakni suatu ungkapan yang bersifat teateris dan jenis-jenis kontektual, non verbal, dan jenis-jenis yang diduga bukan bersifat intentionalitis. Adakah tujuan komunikasi ini direkaya atau tidak. Kita memahami makna dan mendapatkan kesan dari berbagai tindakan orang lain, seringkali lebih bergantung kepada kesan kita terhadap tindakan mereka dibandingkan dengan perkataan-perkataan mereka.
Manajemen kesan
Secara umum, manajemen kesan diarahkan untuk melindungi diri dari tindakan-tindakan yang tidak terduga, seperti gerak yang tidak sengaja dilakukan, intrusi yang datang salah waktu, dan tindakan memalukan, maupun tindakan-tindakan yang sengaja dilakukan, seperti membuat skenario. Goffman tertarik pada berbagai metode untuk mengatasi masalah-masalah ini. Pertama, terdapat beberapa metode yang melibatkan tindakan yang bertujuan menghasilkan loyalitas dramaturgi, misalnya dengan cara menonjolkan tingginya loyalitas kelompok. Kedua, goffman mengemukakan berbagai bentuk disiplin dramaturgis, seperti mengingatkan agar menghindari kesalahan kecil, memelihara kendali diri, dan mengatur ekspresi wajah dan nada verbal seorang pementas. Ketiga, ia mengidentifikasikan sejumlah hambatan dramturgis, seperti menentukan sebaik-baiknya bagaimana pertunjukan harus berlangsung, merencanakan situasi darurat, menyeleksi anggota tim yang loyal, menyeleksi audien yang baik.
Jarak peran
Jarak peran membicarakan sejauh mana individu memisahkan dirinya dari peran yang mereka mainkan. Sebagai contoh, jika naik komidi putar, anak-anak yang lebih besar cenderung sadar bahwa mereka benar-benar terlalu tua menikmati pengalaman tersebut. Inti pandangan goffman jarak peran adalah fungsi dari status sosial seseorang. Orang-orang pada status sosial yang tinggi sering kali mewujudkan jarak peran dengan alasan berbeda dengan orang-orang yang berada pada posisi status rendah. Orang-orang yang berada pada status rendah biasanya memasang sikap yang lebih defensif dalam memamerkan jarak peran. Contohnya, orang yang membersihkan toilet mungkin melakukan pekerjaannya tanpa semangat dan penuh keengganan. Mereka ingin mencoba mengatakan kepada audien bahwa mereka terlalu mulia untuk pekerjaan tersebut.
Stigma
Goffman tertarik pada kesenjangan antara bagaimana seharusnya seseorang, identitas sosial maya, dengan bagaimana sebenarnya orang tersebut, identitas sosial aktual. Siapapun yang memiliki kesenjangan antar kedua identitas tersebut mendapatkan stigma. Stigma memusatkan perhatian pada interaksi dramaturgis antara orang-orang yang mendapatkan stigma dengan orang-orang normal. Sifat interaksi tersebut tergantung pada salah satu diantara dua stigma yang melekat pada individu. Pada kasus stigma yang didiskreditkan, aktor berasumsi bahwa perbedaan diketahui oleh anggota audien atau dapat mereka buktikan. Stigma yang dapat didiskreditkan adalah perbedaannya tidak diketahui anggota audien atau tidak dapat mereka presepsi. Bagi seseorang dengan stigma yang didiskreditkan, inti masalah dramturgisnya adalah mengatur tarik uluryang ditimbulkan oleh fakta bahwa orang mengetahui masalah tersebut. Bagi seseorang dengan stigma yang dapat didiskreditkan, masalah dramaturgisnya terletak pada pengaturan informasi sedemikian rupa sehingga masalah tersebut tidak diketahui audien.
Frame Analysis
Dalam buku frame analysis, goffman bergerak menjauh dari akar interaksionisme simbolis klasiknya dan lebih cenderung pada studi tentang struktur kehidupan sosial skala kecil. Meskipun ia masih merasa bahwa orang mendefinisikan situasi sebagaimana yang dimaksudkan W.I Thomas, kini ia berpikir bahwa definisi-definisi tersebut kurang penting. Selain itu, bahkan ketika mendefinisikan situasi, biasanya orang tidak menciptakan definisi-definisi tersebut. Tindakan lebih banyak didefinisikan oleh kepatuhan mekanis pada aturan daripada melalui proses aktif, kreatif, dan dinegosiasikan. Goffman mengemukakan tujuannya, yaitu mencoba mengisolasi sejumlah kerangka kerja dasar pemahaman yang terdapat dalam masyarakat kita untuk memahami sejumlah peristiwa dan menganalisis kelemahan-kelemahan yang melekat pada kerangka acuan ini.
Goffman berargumen bahwa sekuruh dunia ini bukanlah penggung, sama sekali bukanlah sebuah teater. Goffman mengakui secara jelas keterbatasan teater sebagai metafora kehidupan sehari-hari. Kendati masih berguna dalam beberapa hal, metafora ini mengungkapkan sejumlah aspek kehidupan sebagaimana ia menjelaskan aspek kehidupan lain. Salah satu yang diungkapkan adalah arti penting ritual dalam kehidupan sehari-hari. Bagi goffman, ritual adalah sesuatu yang esensial karena ia memelihara keyakinan kita akan hubungan sosial dasar. Ia memberi orang kesempatan untuk menegaskan legitimasi posisinya dalam struktur sosial sambil mewajibkannya melakukan hal yang sama. Ritual adalah mekanisme tempat berlangsungnya penegasan bawahan atas posisi atasan yang lebih tinggi. Derajat ritual dalam masyarakat mencerminkan legitimasi struktur sosialnya, karena respek ritual yang diberikan pada individu juga merupakan tanda respek atas peran lain yang mereka mainkan saat itu.
Goffman memusatkan perhatian pada aturan dan melihatnya sebagai hambatan eksternal terhadap perilaku sosial. Namun, secara umum aturannya hanyalah panduan parsial dan tidak menentu bagi perbuatan. Selain itu, kendati terkekang, hambatan-hambatan tersebut tidak menghilangkan kemungkinan adanya variasi individu, bahkan penggunaan imajinatif aturan-aturan tersebut oleh individu. Bagi goffman, aturan bisa menjadi hambatan dan sumber daya yang dapat digunakan oleh orang dalam interaksi sosial.
Refrensi
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern. Bantul: Kreasi Wacana
Margaret M Poloma. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Rachmad K Dwi Susilo. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakarta: Ar Russ Media
Irving M. Zeitlin. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogykarta: Gajah Mada University Press.

Selasa, 13 November 2012

RESUME SOSIOLOGI EKONOMI


 DISTRIBUSI
A.    Pengertian Distribusi
Distribusi berakar dari bahasa inggris distribution, yang berarti menyalurkan. Distribusi dapat dimengerti sebagai proses penyaluran barang atau jasa ke pihak lain. Di sini tidak ada penegasan bahwa produksi sebagai proses yang menjembatani menuju proses konsumsi.
Para ahli ekonomi klasik menjelaskan distribusi sebagai alokasi nilai-nilai langka yang dikaitkan dengan pertukaran social. Nilai-nilai langka biasanya dihubungkan dengan tenaga kerja, kaital, tanah, teknologi, dan organisasi sehingga barang dan jasa juga menjadi benilai langka.
Bagi sosiolog, proses yang dikatakan ekonom tersebut terjadi dalam suatu jaringan hubungan social interpersonal. Jadi distribusi dapat dimengerti sebagai suatu perenagkat hubungan social yang melaluinya orang mengalokasikan barang dan jasa yang dihasilkan.

B.     Pandangan Para Sosiolog Tentang Distribusi

1.        Karl Marx (1818-1883)
Beberapa karya Marx berhubungan dengan penjelasan tentang aspek-aspek pasar seperti uang, transpormasi dan perdagangan. Dalam capital : A Critique of Political Economy (1867/1967), Marx menjelaskan sirkulasi komoditi. Ia meligat 3 tipe sirkulasi komoditi yang dialami umat manusia sepanjang sejarah. Sirkulasi komoditi yang sangat sederhana dialami umat manusia adalah tipe K – K yaitu suatu komoditi ditukar langsung dengan komoditi lainnya. Tipe ini juga  dikenal dengan istilah barter, merupakan bentuk pertukaran komoditi pertama dalam sejarah umat manusia. Dalam tipe ini para actor melakukan interaksi social mereka dan mereka dapat saling mengontrol perilaku mereka. Bentuk lanjut dari tipe pertama adalah tipe K – U- K yaitu komoditi dikonversikan ke dalam uang, kemudian uang dikonversikan lagi ke dalam komoditi. Kedua tipe sirkulasi tersebut hanya terdapat dalam masyarakat pra-kapitalis. Dalam masyrakat kapitalis, tipe sirkulasi komoditi berubah menjadi U-K-U yaitu uang digunakan untuk membeli komoditi kemudian komoditi dijual untuk memperoleh uang. Uang dalam tipe ini merupakan modal.
2.        George Simmel (1858-1918)
Simmel tidak langsung meletakkan dasar dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan pemikiran sosiologi tentang distribusi, namun ia telah menyentuh salah satu dari aspek distribusi, yaitu uang. Philosophy of money (1907/1978) merupakan karya monumental sosiologi Simmel dan sebagai buku rujukan utama dalam memahami sejarah perkembangan uang dari sudut sosiologi.
Dalam bukunya tersebut, simmel mulai dengan diskusi tentang bentuk-bentuk umum dai uang dan nilai. Kemudian dia menjelaskan tentang dampak uang terhadap “inner world” dari actor dan terhadap budaya secara umum. Dalam tesisnya tentang hubungan nilai dan uang, ia menjelaskan bahwa orang membuat nilai dengan menciptakan objek, memisahkan diri mereka sendiri terhadap objek yang diciptakan, dan kemudian mencari jalan keluar terhadap jarak, rintangan, dan kesulitan yang muncul dari objek yang diciptakannya tersebut (Simmel, 1907/1978:66).
Beberapa dampak perkembangan ekonomi uang terhadap individu dan masyarakat adalah munculnya sinisme dan kebosanan. Segala aspek kehidupan dapat diperjual belikan melalui uang. Ekonomi uang menciakan banyak perbudakan individual. Individu dalam masyarakat modern menjadi terisolasi dan teratomisasi. Ia tidak melekat dalam kelompoknya, individu berdiri sendiri dalam menghadapi peningkatan dan perluasan budaya objektif yang memaksa. Individu dalam masyarakat modern diperbudak oleh suatu budaya objektif massif.
3.        Max Weber (1864-1920)  
Dalam economy and society ([1922]1978:635), weber melihat bahwa suatu pasar ada apabila di mana terdapat kompetisi, meskipun hanya unilateral, bagi kesempatan dari pertukaran di antara suatu keberagaman partai-partai yang potensial. Kumpulan orang secara fisik pada suatu  tempat, seperti pada tempat berdagang local, pecan raya, atau pertukaran (pasar perdagangan) hanya merupakan salah satu pembentuk pasar utama.
Menurut Weber, tindakan social di pasar bermula dari persaingan dan berakhir dengan pertukaran. Tahap pertama, rekanan yang potensial diarahkan pada tawaran mereka terutama oleh tindakan potensial dari kelompok besar yang tidak terbatas atau pesaing rekaan, dibandingkan oleh tindakan mereka sendiri. Tahap kedua merupakan tahap yang terstruktur secara berbeda. Pada tahap ini barter yang lengkap hanya terjadi dengan rekanan yang dekat. Pertukaran menunjukkan “pola dasar dari semua tindakan social rasional”.
4.      Karl Polanyi (1886-1964)
Menurut Polanyi dan kawan-kawan ([1957]1971:43,68) ekonomi dala masyarakat pra industry melekat dalam institusi social, politik, dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdaganagn, uang, dan pasar diilhami tujuan selain mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra-industri diatur oleh keluarga subsistensi, resiprositas, dan redistribusi. Keluarga adalah suatu system dimana barang-barabf produksi dan disimpan di kalangan anggota kelompok untuk pemakaian mereka sendiri (self-sufficient system).
Sedangkan dalam masyarakat modern, system redistribusi yang disebut diatas idak lagi dominan, ia digantikan oleh ekonomi pasar yang ditandai dengan “pasar yang mengatur dirinya sendiri”. Dalam masyarakat ekonomi pasar ini, barter tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan aktifitas ekonomi yang semakin kompleks. Oleh karena itu, uang tukar muncul karena ada kebutuhan benda-benda dapat dihitung untuk tujuan tukar-menukar secara tidak langsung.
Mekanisme pasar tidak dibolehkan untuk mendominasi kehidupan ekonomi; oleh karena itu, permintaan dan penawaran bukan sebagai pemnbentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya, dalam masyarakat modern, “pasar yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyarakat.
5.        Talcott Parson (1902-1979) dan Neil J. Smelser
Dalam membahas fenomena ekonomi dan masyarakat, parsons an smelser menggunakan skema AGIL, yaitu adaptasi (A), pencapaian tujuan (G), integrasi (I), dan pola pemeliharaan laten (L). adapun yang dimaksud dengan adaptasi adalah tujuan-tujuan yang melembaga dan sah.
Pencapaian tujuan (G) merupakan fungsi yang merujuk kepda cara di mana masyarakat menciptaka tujuan khusus yang dilegitimasi oleh nilai-nilai yang dominan dan menggerakkan penduduk untuk mencapai tujuan tersebut.
Integrasi (I) berfungsi sebagai mekanisme yang mengatur sesuatu agar tidak terjadi pertentangan di antara individu-individu, kelompok, atau subsistem yang ad, sehingga terjadi keseimbangan dalam system secara keseluruhan.
Pola pemeliharaan laten dan system managemen (L) merupakan suatu system nilai dan kepercayaan yang beroperasi sebagai rancangan yang melegetimasi dan berkelanjutan bagi institusi utama dan sebagai pola motivasional yang terstruktur bagi anggota-anggotanya.
Parsons dan Smelser melihat uang sebagai salah satu aspek pertukaran di pasar, memainkan peran penghubung antara produksi dan pertukaran. Mereka menjelaskan hubungan antara keduanya dengan memperhatikan baik pemikiran ekonomi klasik dan sosiologi. Senada dengan pemikiran ekonomi klasik, uang merupakan generalisasi dari daya beli yang mengontrol keputusan bagi pertukaran barang dan jasa. Sedangkan hubungan dengan pemikiran sosiologi, uang mensimbolkan uang dan memuat prestise (1956:70-71).
Penjelasan parsons dan smelser tentang pasar terlihat ketika mereka membahas bagaimana pasar dipenuhi bukan hanya oleh kepentingan-kepentingan ekonomi tetapi juga oleh kepentingan pemerintah (1956:76-78).

3. FOKUS KAJIAN SOSIOLOGI TENTANG DISTRIBUSI
Banyak fenomena yang terjadi dalam proses yang mengantarai antara proses produksi dan konsumsi. Fenomena-fenomena distribusi tersebut diantaranya adalah redistribusi, resiprositas, pertukaran, pasar (actor, mekanisme, ruang dan waktu), transportasi, perdagangan, kewirausahaan, uang, pemberian, perusahaan, ritel, distributor, dll.

4. JENIS DISTRIBUSI
1. Resiprositas
Resiprositas menunjuk pada gerakan di antara kelompok-kelompok simetris yang saling berhubungan. Ini terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu atau antara kelompok-kelompok sering dilakukan. Hubungan bersifat simetris terjadi apabila hubungan antara berbagai pihak memiliki potensi dan peranan yang relative sama dalam suatu proses pertukaran.
Ada 2 jenis resiprositas,  yaitu resiprositas sebanding (balanced reciprocity) dan resiprositas umum (generalized reciprocity). Resiprositas sebanding merupakan kewajiban membayar atau membalas kembali kepada orang atau kelompok lain atas apa yang mereka berikan atau lakukan untuk kita secara setara, seringkali langsung dan terjadwal. Resiprositas ini menekankan pada apa yang diterima dari seseorang atau kelompok pada masa lampau haruslah setara dengan apa yang akan diberikan kepada orang atau kelompok pemberi. Sifat langsung ditujukan oleh siapa memberikan apa kepada siapa dan akan menerima apa dari siapa. Sedangkan sifat terjadwal menunjuk pada kepastian seseorang kapan akan memperoleh pembayaran atau pembalasan atas pemberian atau kegiatan yang dilakukan sebelumnya.
Sedangkan resiprositas umum merupakan kewajiban memberi atau membantu orang atau kelompok lain tanpa mengharapkan pengembalian, pembayaran atau balasan yang setara dan langsung. Berbeda dengan resiprositas berbanding, resiprositas umum tidak meggunakan kesepakatan terbuka atau langsung antara pihak-pihak terlibat. Ada harapan bersifat umum bahwa pengembalian setara atau hutang ini akan tiba pada saatnya, tetapi tidak ada batas waktu tertentu pengembalian, juga tidak ada spesifikasi mengenai bagaimana pengembalian itu dilakukan.
2. Redistribusi
Sahlin (1976) mendefinisikan redistribusi sebagai “pooling”, perpindahan barang dan atau jasa yang tersentralisasi, yang melibatkan proses pengumpulan kembali dari anggota-anggota suatu kelompok melalui pusat kepada dan pembagian kembali kepada anggota-anggota kelompok tersebut. Jadi redistribusi merupakan gerakan appropriasi kea rah pusat kemudian dari pusat didistribusikan kembali. Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik terpusat.
Dalam era modern, redistribusi tidak hanya dilakukan Negara, institusi ekonomi dan politik lainnya juga melakukan redistribusi. Perusahaan besar melakukan redistribusi dalam bentuk CSR (corporate social responsibility), CD (community development), funding bagi berbagai jenis kegiatan dan sebagainya.
3. Pertukaran
Pertukaran (exchange) merupakan distribusi yang dilakukan atau terjadi melalui pasar. Sedangkan konsep pasar (market) berakar dari bahasa latin “mercatus”, yang bermakna sebagai berdagang atau tempat berdagang. Dengan demikian, terkandung 3 arti yang berbeda di dalam makna tersebut: satu, pasar dalam artian secara fisik; dua, sebagai tempat mengumpulkan; tiga, sebagai hak atau ketentuan yang legal  tentang suatu pertemuan pada suatu tempat pasar (marketplace).
Dalam kajian sosiologi, pasar dibedakan antara pasr sebagai tempat pasar (marketplace) dan pasar (market). Pasar sebagai tempat pasar merupakan bentuk fisik dimana barang dan jasa dibawa untuk dijual dan dimana pembeli bersedia membeli barang dan jasa tersebut. Dalam masyarakat pra kapitalis, menurut sanderson (2003:131), tempat pasar adalah tempat fisik yang terdapat di sejumlah tempat yang ditentukan dalam masyarakat. Tetapi dalam kalpitalisme modern, tempat pasar adalah “tersebar”, yakni, tersebar luas di seluruh masyarakat. Sedangkan pasar (market) dilihat oleh sosiologi sebagai suatu institusi social, yaitu suau struktur social yang memberikan tataran siap pakai bagi pemecahan pesoalan kebutuhan dasar kemanusiaan, khususnya kebutuhan dasar ekonomi dalam distribusi barang dan jasa. Pasar, oleh sebab itu bias dipandang sebagai serangkaian hubungan social yang terorganisasi di seputar proses jual beli sesuatu yang berharga.